Pages

Selasa, 10 Desember 2019

Pengembangan Anomali WPAP dengan Objek Budaya Visual Sumatera Utara Berkarakteristik Tekstur

Oleh

Rilies Diorita D. Sihombing
NIM 2162151012
B (Reguler)



Obsesi Penciptaan

A. Sejarah dan Pengenalan WPAP

Dunia grafis Indonesia sedang musim WPAP. Banyak yang dipamerkan, banyak pula yang menjadikannya ladang jasa alias berbayar. Banyak dari masyarakat Indonesia menerka-nerka bahwa WPAP berasal dari negara luar sana. Tapi tahukah kalian? Bahwa WPAP adalah aliran seni yang diciptakan oleh orang asli Indonesia.
Beliau adalah Wedha Abdul Rasyid, yang mana atas jasanya di dunia seni, beliau dijuluki Bapak Ilustrasi Indonesia. Wedha Abdul Rasyid yang akrab disapa Wedha lahir di Pekalongan, 10 Maret 1951.  Lahir di Kota Pekalongan, yang kini dikenal sebagai Kota Batik dan Kota Kreatif UNESCO membuatnya dikenal sebagai seniman grafis Indonesia. Wedha, yang juga seorang anggota ASKARLO 1969, sebutan bagi alumni SMA Negeri 1 Pekalongan (Alumni SMA Kartini Pekalongan, red)
WPAP merupakan singkatan dari Wedha's Pop Art Potrait adalah gaya seni pop art modern. WPAP dahulu bernama FMB ( Foto Marak Berkotak ). Secara teknik, WPAP mempunyai ciri khas tertentu dalam penggambaran objek, dimana dalam WPAP anda akan menemukan bidang berkotak-kotak dan penuh dengan warna-warni antar bidang tanpa menghilangkan karakter objek atau model yang digambar. Dalam WPAP anda pasti tidak akan menemukan bidang-bidang lengkung sebab itulah WPAP mempunyai ciri khas tertentu yang membuat WPAP mempunyai keunikan tersendiri dalam segi teknik pembuatan.
Ia berprofesi sebagai ilustrator sejak dekade 1970-an. Mulai 1977, ketika bergabung dengan majalah Hai, ia banyak membuat ilustrasi terutama karya-karya fiksi Arswendo Atmowiloto dan Hilman Hariwijaya. Salah satu yang terkenal adalah karya fiksi Lupus. Di majalah itu juga ia mengerjakan potret para tokoh dunia yang menjadi liputan majalah tersebut.
Pada tahun 1990, Wedha kemudian mencanangkan cara baru untuk menggambar ilustrasi wajah. Hal ini dilakukan dikarenakan penurunan daya penglihatanya karena usia yang telah mencapai 40 tahun sehingga ia sulit menggambar wajah dalam bentuk yang realistis dan detail. Wedha kemudian mencoba illustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya. Gaya ini kemudian tumbuh dan semakin populer sebagai bagian dari gaya pop art bahkan hingga dengan saat ini. Gaya ilustrasi ini disebut Wedha’s Pop Art Potrait (WPAP), bahkan ada yang menyebutnya sebagai aliran Wedhaism.
Dimulai sekitar tahun 1990-1991 berawal dari kegelisahan menggambar sosok manusia yang realis karena seiring bertambahnya usia. Menurut Wedha, gambar sosok manusia realis mempunyai tingkat kesulitan paling tinggi di tambah dengan faktor memilih, mencampur warna menjadi hal yang menyulitkan. Kemiripan warna kulit manusia, kehalusan goresan, menjadi sesuatu yang mahal bagi Wedha.
Dari kegelisahaan itulah, Wedha mulai memikirkan cara melukis sosok manusia dengan cara yang lebih mudah dengan mengutak atik titik, garis dan bidang. Berawal dari situ mulailah Wedha membayangkan gambar sosok manusia sebagai kumpulan bidang-bidang datar yang dibentuk oleh garis-garis imajiner.
Sebelum menemukan cara membuat seperti sekarang ini dimana teknologi sangat membantu mempermudah dalam pembuatan WPAP Wedha harus melalui proses yang begitu panjang dari membuat WPAP dengan manual sampai ke digital pada era sekarang ini.
Di Pekalongan, kota kelahiran Pak Wedha kini mulai bermunculan regenerasi WPAP maker selanjutnya. Salah satu contohnya adalah Kukuh Mujiono, yang kebetulan juga seorang ASKARLO 2014, yang tengah mengenyam bangku perguruan tinggi sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Diponegoro sekarang. Kota kecil ini memang masih minim peminat aliran WPAP, sehingga tergugah rasanya untuk menggelar sebuah pembelajaran yang bertajuk #SinauWPAP di sekolah asalnya.  Berikut sebagian karya dari Kukuh Mujiono.

B. Anomali WPAP

Wedha's Pop Art Portrait lebih dikenal dengan WPAP adalah seni pop art asli Indonesia. WPAP secara aturan baku mengkhusus pada progres tampilan  wajah. Akan tetapi, karena adanya event atau kreativitas dari pembuatnya gaya WPAP dituangkan ke obyek lain selain wajah. Ini disebut anomali dari WPAP. Yaitu penyimpangan positif dari aturan baku yang normal dalam WPAP.
Dalam anomali WPAP tetap tanpa kurva karena jika hasil karya menggunakan kurva itu bukan WPAP lagi. Inilah kekhasan dari WPAP penuh warna dan tanpa kurva walau nantinya terdapat penyimpangan pada objek yang dibuat.

C. Sumatera Utara dan Budayanya

Indonesia terkenal sebagai negara yang kaya akan rempah-rempah dan kekayaan alam lainnya. Indonesia juga terdiri dari beberapa provinsi dengan berbagai kebudayaan yang berbeda dari setiap daerah. Termasuk di Provinsi Sumut yang merupakan salah satu bagian wilayah Indonesia yang memiliki kawasan cukup luas dengan berbagai kebudayaan khasnya. Sebut saja wilayah Sumut. Ada lebih dari 10 kebudayaan sumatera utara yang bisa Anda temui saat berkunjung ke sana.

Macam Macam Budaya Sumatera Utara:
Rumah Adat.
Pakaian Adat.
Tarian Adat.
Senjata Tradisional.
Suku.
Lagu Daerah.
Bahasa Daerah.

1. Rumah Adat

Rumah Adat Bolon
Rumah adat provinsi Sumatera Utara menjadi ciri khas kecantikan budaya bangsa kita, terdiri dari berbagai budaya bangsa yang semakin mewarnai keindahan Nusantara, termasuk kebudayaan di Sumatera Utara. Dalam pembahasan 7 dari 10 kebudayaan Sumatra Utara ini, kita mulai dengan mengenal rumah adat yang ada di Sumut.
Sumut memiliki rumah adat yang khas yang dikenal dengan nama Parsakistan dan rumah adat Jabu Bolon. Untuk rumah adat Parsakistan sendiri merupakan rumah adat Sumatera Utara yang dijadikan sebagai tempat penyimpanan barang-barang pusaka.

Rumah adat ini terletak di daerah Batak Toba. Selain sebagai penyimpanan barang-barang pusaka, rumah Jabu Parsakistan juga merupakan tempat untuk pertemuan dalam membahas hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan adat. Sedangkan rumah adat Jabu Bolon merupakan rumah yan dijadikan lokasi pertemuan suatu keluarga besar dimana bentuk dari rumah adat ini berbentuk seperti panggung dengan ruang bagian atas sebagai tempat tinggal bersama dan tempat tidur yang didesain lebih tinggi dari posisi dapur.

Nama Rumah Adat Sumatera Utara:
Bolon.
Karo.
Pakpak.
Mandailing.
Melayu.
Nias.
Angkola.
Simalungun.

2. Pakaian Adat

Pakaian Adat Mandailing
Dalam membicarakan budaya Sumatera Utara ini, selanjutnya yang tidak kalah menariknya adalah mengenal baju adat Sumatera Utara. Berbicara tentang pakaian adat Sumatera Utara, Anda akan diperkenalkan dengan baju tenun yang indah dan unik.
Tempat pembuatan kain tenun ini ada di daerah Tapanuli Utara yang merupakan bagian dari kawasan Sumut. Tenunan tradisional Tapanuli ini dikenal dengan nama kain ulos. Kain ulos ini disediakan dengan berbagai variasi yang unik dan khas, seperti Ulos Sibolang, Ulos Godang, Sitoluntoho, Mangiring, Ragi Hidup, Ragi Hotang, dan Sadum.
Pada Upacara Adat bagi kaum pria mengenakan tutup kepala yang dinamakan sabe-sabe dari jenis Ulos Mangiring. Pada bahu juga ditambahi dengan sampiran Ulos Ragi Hotang dan dengan mengenakan kain sarung. Sedangkan bagi kaum wanita, mengenakan Ulos Sadum yang disampirkan pada bagian kedua bahunya dengan cara dililit dengan Ulos Ragi Hotang dan tidak lupa untuk mengenakan sarung suji.

Macam macam pakaian adat Sumatera Utara:
Batak Toba.
Mandailing.
Nias.
Simalungun.
Pakpak.
Melayu.
Karo.

3. Tarian Adat

Tari Sigale Gale
Berbicara tentang kebudayaan Sumatera Utara, erat hubungannya untuk mengenal nama-nama tarian adat yang mewarnai kebudayaan Sumatera. Ada lebih dari dua tarian adat yang dapat Anda jumpai saat berkunjung ke sini.
Seperti Tari Serampang Dua Belas, Tari Tor-tor, Tari Marsia Lapari, dan Tari Manduda. Tari Serampang Dua Belas merupakan salah satu tarian adat Sumatera Utara yang paling terkenal. Tarian ini merupakan tarian melayu yang diiringi dengan irama musik joget. Dengan sentuhan pukulan-pukulan gendang ala Amerika Latin, Tari ini asyik sekali untuk dinikmati sambil berjoget ria.
Berbeda dengan Tarian Tor-tor yang merupakan tarian daerah Batak dengan latar belakang falsafah peradatan yang disajikan dengan suguhan tarian indah yang menarik. Tidak kalah uniknya dengan Tarian Marsia Lapari. Tarian ini merupakan tarian yang menggambarkan kegiatan gadis-gadis di Provinsi Sumut yang senantiasa saling bahu-membahu dalam menggarap sawahnya.

Tari Tradisional Sumatera Utara:
Tari Tradisional Khas Melayu- Deli
– Tari Serampang Dua Belas
– Tari Persembahan
Tari Tradisional Khas Batak
– Tari Tor – tor
– Tari Sigale – gale
– Tari Piso Surit
Tari Tradisional Nias
– Tari Fataele
– Tari Moyo atau Tari Elang
– Tari Maena

4. Senjata Tradisional

Senjata Tradisional Sumatera Utara Piso Gaja Tampak
Untuk mengenal kebudayaan Sumatera Utara ini Anda wajib mengetahui senjata tradisional yang ada di Sumatera Utara yang dikenal dengan nama Piso Surut. Senjata ini jika dilihat dari bentuk dan rupanya mirip dengan sebuah pisau belati yang biasa Anda temui.

Senjata tradisonal ini tepatnya menjadi senjata khas daerah Tanah Karo Sumatera Utara. Selain Piso Surut, ada juga Piso Gajah dompak yang berupa sebilah keris panjang yang unik dan khas. Piso Gajah Tombak merupakan lambang penting dari pemerintahan Raja Singamaraja. Senjata tradisional ini hanya boleh digunakan oleh Sang Raja.
Sedangkan senjata tradisional Sumatera Utara yang biasa digunakan oleh masyarakat biasa dikenal dengan nama hujur. Hujur ini berbentuk seperti sejenis tombak dan ponding sejenis pedang yang panjang.

Senjata Tradisional Sumatera Utara:


Piso Gaja Dompak.
Tongkat Tunggal Panaluan.
Hujur Siringis.
Piso Silima Sarung.
Piso Sitolu Sasarung.
Piso Karo.
Piso Gading.
Piso Sanalenggam.
Piso Toba.

5. Suku Bangsa
Suku Batak
Ada beragam suku yang bisa Anda temui saat berada di Sumatera Utara seperti Suku Melayu, Suku Batak, Suku Nias dan masih banyak lagi. Dari berbagai suku ini memiliki gaya dan ragam bahasa yang berbeda. Jangan kaget saat Anda mendengar bagaimana mereka berbicara dengan bahasa dan logat yang pasti terdengar asing di telinga.

Suku Asli Sumatra Utara:
Suku Angkola.
Suku Batak.
Suku Batak Pakpak.
Suku Mandailing.
Suku Mandahiling.
Suku Nias.
Suku Pesisir.
Siladang.
Suku Simalungun.
Baca juga: Sejarah Singkat Kerajaan Sriwijaya beserta Peninggalannya

6. Lagu Daerah
Selanjutnya, budaya Sumatera Utara yang wajib Anda tahu adalah dari tentang kesenian lagu daerah. Seperti yang Anda tahu, masing-masing daerah memiliki lagu daerahnya masing-masing, tidak terkecuali untuk daerah Sumatera Utara. Sumatera Utara memiliki beberapa lagu daerah yang unik dan indah dengan nada khas dan bahasa yang khas juga.          
Sebut saja lagu Butet yang kini banyak dinyanyikan oleh anak-anak di seluruh Nusantara. Umumnya pengenalan lagu dari masing-masing daerah yang ada di Nusantara dikenalkan sejak masih ada di bangku sekolah dasar. Hal ini akan rasa cinta terhadap tanah air menjadi semakin kokoh dan dalam.
Selain lagu Butet tadi, Sumatera Utara juga masih mempunyai lagu-lagu daerah yang lainnya seperti Pantun Lama dan Sengko-Sengko. Ketiga lagu ini mempunyai nada segi bahasa yang menarik untuk Anda pelajari agar semakin dekat dengan kebudayaan Nusantara khususnya yang ada di Sumatera dengan mengenal kebudayaan Sumatera Utara ini.

D. Konsep Berkarya
WPAP merupakan singkatan dari Wedha's Pop Art Potrait adalah gaya seni pop art modern. WPAP dahulu bernama FMB ( Foto Marak Berkotak ). Secara teknik, WPAP mempunyai ciri khas tertentu dalam penggambaran objek, dimana dalam WPAP anda akan menemukan bidang berkotak-kotak dan penuh dengan warna-warni antar bidang tanpa menghilangkan karakter objek atau model yang digambar. Dalam WPAP anda pasti tidak akan menemukan bidang-bidang lengkung sebab itulah WPAP mempunyai ciri khas tertentu yang membuat WPAP mempunyai keunikan tersendiri dalam segi teknik pembuatan.
WPAP biasanya menggunakan wajah manusia sebagai objek utamanya, kemudian beberapa designer atau ilustrator mengembangkan wpap kini tidak hanya menggunakan objek wajah, juga menggunakan objek binatang dan bangunan yg di sebut dengan anomali wpap. Dari sinilah muncul ide pengembangan wpap saya untuk mencoba membuat wpap dengan objek budaya Indonesia terkhusus di Provinsi Sumut yang merupakan salah satu bagian wilayah Indonesia yang memiliki kawasan cukup luas dengan berbagai kebudayaan khasnya. Sebut saja wilayah Sumut. Ada lebih dari 10 kebudayaan sumatera utara yang bisa Anda temui saat berkunjung ke sana.
Berikut Macam Macam Budaya yang ada di Sumatera Utara dan juga yang bakal menjadi objek desain WPAP saya :
Rumah Adat.
Pakaian Adat.
Tarian Adat.
Bangunan bersejarah Sumut.


KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Seni Grafis

Grafis berasal dari bahasa Yunani graphein “menulis” atau “menggambar”, seni grafis merupakan penggubahan gambar yang melalui proses cetak manual dan menggunakan material tertentu, dengan tujuan memperbanyak karya, minimal 2 hasil cetakan (Mike Susanto, 2011 : 162).  Seni Grafis (istilah bahasa Inggrisnya adalah “printmaking”, sedangkan dalam bahasa Prancis yaitu “gravure”) adalah ungkapan seni melalui proses cetak sehingga memungkinkan pelipat gandaan sebuah karya (majalah Horison, nomor 2// Februari 1972). 
Seni cetak yang lebih dikenal dengan seni grafis merupakan salah satu cabang dalam seni rupa, yakni memperbanyak model asli dengan menggunakan alat cetak dalam jumlah cetakan sesuai yang diinginkan. Sebelum penemuan teknik cetak, semua buku harus ditulis tangan, karenanya buku merupakan barang yang sangat berharga dan hanya orang kaya yang dapat memilikinya. Aktivitas cetak-mencetak di Asia ada sejak 1.000 tahun yang lalu, terutama di China dan Korea. Teks dan gambar diukirkan pada papan kayu, logam atau tanah liat yang selanjutnya berfungsi sebagai klise,
kemudian klise dilapisi tinta dan tahap terakhir adalah menempelkan kertas pada klise dan ditekan rata sampai tinta yang ada di permukaan klise berpindah ke permukaan kertas. Hal ini adalah awal dari seni cetak yang berkembang sampai sekarang (Ensiklopedia Indonesia, 2000 : 293). 
Mochtar Apin dalam majalah Horison nomor 2 tahun 1979, menyebutkan teknik cetak dalam karya seni grafis secara garis besarnya di kategorikan sebagai berikut :
1. Cetak tinggi (relief print), adalah teknik cetak dimana permukaan garis atau bidang yang akan tercetak lebih tinggi. Bidang yang lebih tinggi ini diberi tinta dan selanjutnya ditekankan pada media yang akan dicetak, yang termasuk teknik ini adalah cukil kayu dan cukil lino.
2. Cetak dalam (Intaglio) adalah teknik cetak dimana permukaan garis atau bidang yang akan tercetak lebih rendah, tinta yang dirolkan pada permukaan klise (biasanya plat tembaga atau zink) akan masuk kedalam permukaan yang rendah tersebut. Proses pencetakan klise pada media yang akan dicetak memerlukan tekanan yang cukup kuat, sehingga memerlukan mesin press agar media tersebut bisa terkena bagian yang lebih rendah itu. Yang termasuk dalam teknik ini adalah etsa, aquatint, drypoint, mezzotint. 
3. Teknik stencil atau sablon adalah proses cetak dimana tidak diperlukan tekanan yang kuat, klise terbuat dari sutra atau bahan lain yang memadai. Proses ini paling efektif dilihat dari jumlah karya yang bisa dicetak dari satu klise, hasil proses ini disebut serigraphy atau screen print.
4. Cetak datar (planografi) ialah teknik cetak dimana tidak ada perbedaan permukaan antara bidang yang akan tercetak dan yang tidak. Karena  proses kimia maka tinta yang dirolkan pada klise (batu litho) hanya akan mengenai bidang yang akan tercetak. Sama halnya dengan proses intaglio pencetakannya juga menggunakan mesin press, yang termasuk dalam teknik ini adalah lithography.

 Kemudian teknik grafis diatas berkembang menjadi beberapa teknik lagi,  diantaranya adalah :
1. Cukil kayu (woodcut) merupakan teknik seni cetak grafis dengan menggunakan bahan yang berbasis kayu (hardboard, softboard,triplex dan MDF) yang kemudian dicukil dengan alat cukil khusus tergolong teknik cetak tinggi atau relief print (Mikke Susanto, 2011 : 439).
2.  Engraving (teknik toreh/gores) merupakan istilah yang digunakan dalam seni cetak grafis sebagai kependekan dari line engraving. Pada proses ini, plat logam biasanya tembaga atau baja ditoreh dengan alat tajam dan runcing yang disebut gravier sesuai keinginan dan akan menghasilkan alur-alur yang di kanan-kirinya terdapat pinggiran tidak rata menyerupai
tanggul. Teknik ini berkembang di Jerman, Belanda dan Italia pada abad ke-15 (Mikke Susanto, 2011 : 120).
3.   Drypoint adalah teknik dalam seni cetak grafis yang tergolong dalam teknik intaglio. Dalam prosesnya, teknik ini langsung dapat menghasilkan goresan-goresan spontan. Alat yang dipakai pada teknik ini dapat digunakan semudah menggunakan pensil (Mikke Susanto, 2011 : 110).
4.  Lithography merupakan salah satu teknik cetak dengan mengacu pada media batu (litho) sehingga teknik ini sering disebut lithografi. Prinsip dasarnya adalah air dan minyak dalam satu bidang datar tidak dapat bercampur. Bagian pada acuan pelat yang ingin tercetak digambar dengan bahan yang mengandung minyak dan menolak air, sedangkan bagian yang tidak ingin tercetak akan menyerap air dan menolak minyak. Proses pencetakannya juga memerlukan mesin press (mesin penekan) khusus. Pada perkembangan selanjutnya, teknik ini tidak hanya diterapkan pada batu litho, melainkan juga pada pelat metal atau paper plate. Salah satu yang banyak digunakan untuk cetak komersial yaitu offset (Mikke Susanto, 2011 : 240).
Pada seni grafis terdapat sebuah aturan dalam penciptaan setiap karyanya, aturan tersebut dikenal dengan disiplin seni grafis. Selain pada teknik cetak , disiplin seni grafis memiliki aturan yaitu edisi cetak, menurut Mikke Susanto dalam bukunya “ Diksi Seni Rupa”  (2011 : 114) menyebutkan bahwa edisi merupakan sebuah ukuran yang identik pada cetakan, terkadang memakai nomor atau tanda tangan ditulis berdasarkan ketentuan yang dibuat seniman/pegrafis. Dua nomor tertentu biasanya ditulis di bawah tepi hasil cetakan. Misalnya : 2/6 berarti karya tersebut adalah cetakan kedua dari 6 edisi cetak.

B. Karakteristik Karya

WPAP biasanya mengambil objek wajah manusia pada karya saya ini mengambil objek bangunan dan buadaya visual Sumatera Utara dimana menjadi Anomali WPAP. WPAP kebanyakan bermain di bentuk kotak- kotak dan warna yang cerah. Pada karya WPAP saya ini saya memberi tekstur pada beberapa bagian dan objek dari WPAP yang saya buat yaitu mengambil dari pada objek visual Sumatera Utara, yakni arsitektur bangunn bersejarah dan lain sebagainya.

C. Penggubahan Bentuk Dalam Seni Rupa

Sebuah karya seni rupa harus memiliki wujud agar dapat dinikmati secara indrawi. Dalam seni rupa bentuk merupakan hasil kreatifitas perupa dalam mengolah objek nyata maupun imajiner menjadi karya seni rupa. Menurut Dharsono (2007 : 42) bentuk dalam seni rupa adalah perwujudan ekspresi atau daya ungkap perupa, yang dalam penciptaannya telah mengalami perubahan wujud sesuai dengan selera atau latar belakang perupa. Perubahan
wujud tersebut dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 
Distorsi merupakan perubahan bentuk, penyimpangan, keadaan dibengkokkan, dari bentuk sesungguhnya dan merupakan salah satu cara mencoba menggali kemungkinan-kemungkinan lain dari objek (Mikke Susanto, 2002 : 33). Distorsi menurut Dharsono (2007 : 38) adalah pengolahan bentuk dengan cara melebihkan wujud tertentu pada objek, untuk memberi
penekanan pada karakter.
Transformasi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara memindahkan (trans = pindah) wujud atau figur dari objek lain ke objek yang digambar. Penggambaran manusia berkepala binatang pada pewayangan untuk menggambarkan perpaduan sifat antara binatang dan manusia, menggambarkan manusia setengah dewa, semuanya mengarah pada penggambaran wujud untuk mencapai karakter  ganda (Dharsono, 2004 : 43).

D. Elemen-elemen Pembentuk dalam Seni Rupa

Unsur seni rupa adalah merupakan segala hal yang secara umum terdapat pada setiap karya seni rupa. Sebagai elemen visual pembentuk karya secara keseluruhan, unsur-unsur tersebut meliputi :

1. Garis

Garis didefinisikan sebagai titik-titik yang bergerak, garis dikategorikan berdasarkan tipe, arah, dan kualitasnya.tipe garis atau atribut garis merujuk pada gerakan garis dari awal hingga akhir, tipe garis ini dapat berupa garis lurus, lengkung, atau siku-siku. Arah garis dibedakan menjadi tiga, yaitu garis horizontal, garis vertikal, dan garis diagonal. Garis horizontal bergerak melintasi halaman dari kiri ke kanan,atau dari kanan ke kiri, garis vertikal
bergerak dari atas kebawah atau dari bawah ke atas, garis diagonal adalah garis yang bergerak sudut menyudut, dari sudut kiri atas menuju sudut kanan bawah atau dari kanan bawah menuju sudut kiri atas (M.Suyanto, 2004 : 37).
Sedangkan menurut Dharsono (2007: 36) :  Dalam dunia seni rupa sering kali kehadiran garis bukan hanya sebagai garis, tetapi kadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan, Sehingga dari kesan yang berbeda maka garis mempunyai karakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari seniman. 
Jadi garis dalam seni rupa adalah goresan yang diciptakan oleh perupa yang mempunyai dimensi panjang, pendek, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain dan merupakan wujud ekspresi atau ungkapan perupa dalam menciptakan karya seni rupa. Dalam menciptakan karya seni grafis, penulis menggunakan pengulangan garis-garis yang teratur bertujuan memberikan kesan objek yang memiliki volume. Kemudian garis berombak atau meliuk-liuk bertujuan untuk mengesankan irama gerak yang lentur pada objek yang  dibuat.

2. Warna

            Warna merupakan elemen yang penting dalam pembuatan karya seni rupa, warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya sempurna berwaran putih ( Eko Nugroho, 2008 : 2). Warna  menurut Mikke Susanto (2011 : 433) :
Adalah kesan yang diperoleh mata dari cahaya yang dipantulkan benda-benda yang dikenainya atau corak rupa seperti merah, biru, hijau dan lain-lain. Peran warna dalam seni rupa, sangat dominan yaitu dapat mengesankan gerak, jarak, tegangan, ruang, bentuk, maupun sebagai ekspresi atau makna simbolik.     Sedangkan menurut Bahari (2008:100), warna juga dapat digunakan tidak demi bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk mengungkapkan kemungkinan keindahannya serta digunakan untuk berbagai wujud ekpresi atau daya ungkap rasa secara psikologis.
Dalam buku pengenalan teori warna karangan Eko Nugroho (2008 : 36), yang membahas tentang psikologi warna, menyebutkan bahwa warna mempunyai suatu makna, makna ini bisa berbeda pun bisa sama dari suatu budaya dengan budaya yang lain, dibawah ini adalah makna suatu warna yang terdapat pada suatu budaya di dunia :
a. Merah : memiliki makna positif sebagai kekuatan, energi, persahabatan, kepemimpinan, kecepatan. Sedangkan makna negatif sebagai nafsu, agresi, kesombongan, radikalisme,
peperangan.
b. Kuning : memiliki makna positif sebagai kekayaan, sinar, kehidupan, keberuntungan, optimisme, kecerdasan, kemakmuran, sedangkan makna negatif sebagai iri hati, tidak jujur, kelemahan, penakut.
c. Biru     :  memiliki makna positif sebagai kepercayaan, damai, kesejukan, keamanan, kelembutan, kehebatan, loyalitas, kebijaksanaan, keluhuran. Sedangkan makna negatif dari warna biru adalah kesedihan, depresi, dingin.
d. Putih       : memiliki makna positif sebagai kedamaian, kesucian, bersih, kemurnian, kebaikan, kepolosan, pengharapan, kesederhanaan, kerendahan hati. Sedangkan makna negatif dari warna putih adalah kehampaan, kematian, penakut, menyerah.
e. Hitam      : memiliki makna positif sebagai Kokoh, anggun, kuat, mewah, keseriusan. Sedangkan makna negatif dari warna hitam adalah penyesalan, kelam, kematian, setan, kesedihan, penyesalan, perkabungan.
 Jadi warna dalam seni rupa adalah unsur visual yang merupakan wujud ekspresi atau daya ungkap perupa secara psikologis yang berupa corak rupa, seperti merah, biru, hijau dan lain-lain, dan dapat mengesankan gerak, jarak, tegangan, ruang, bentuk, serta dapat berperan sebagai penghias, seperti yang terlihat pada setiap karya seni rupa.

3. Bidang 

            Sebuah karya seni rupa hampir selalu terdapat bidang didalamnya,   
bidang menurut Dharsono (2004 : 41) :
Bidang atau Shape adalah suatu bidang kecil yang tercipta karena dibatasi oleh kontur, warna yang berbeda, gelap terang, atau karena adanya tekstur. Shape dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu: shape yang menyerupai bentuk alam atau figur, dan shape yang sama sekali tidak menyerupai bentuk alam  atau non figure.
            Sedangkan menurut Sadjiman (2009 : 8) menyatakan :   Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya, bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/beraturan dan bidang non-geometri/tidak beraturan. Bidang geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya, sedangkan bidang non-geometri merupakan bidang yang relatif sukar diukur keluasannya. Bidang bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih.

4. Tekstur 

Tekstur merupakan kualitas permukaan, dalam seni rupa tekstur di kategorikan menjadi dua, yaitu tekstur tactile dan tekstur visual. Tekstur tactile adalah nyata,kita dapat merasakan permukaannya dengan jari. Sedangkan tekstur visual adalah ilusi, tekstur tersebut memberikan impresi yang sederhana dari tekstur yang nyata. Tekstur tactile dapat diciptakan
dengan berbagai cara, contohnya dapat dilakukan dengan embossing (sebuah permukaan yang muncul). Sedangkan tekstur visual dapat diciptakan menggunakan garis, kontras nilai dan warna (M.Suyanto, 2004 : 50). Sedangkan menurut Fajar Sidik (1979 : 47) tekstur adalah nilai raba pada suatu permukaan benda, baik nyata maupun semu. Tekstur adalah sifat permukaan yang memiliki sifat-sifat seperti lembut, kasar, licin, lunak ataupun keras. 
Ada dua tekstur yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata terjadi karena perbedaan rasa permukaan bila diraba (kasar-halus). Sedang tekstur semu terjadi karena pengolahan gelap terang maupun kontras warna sehingga permukaan tampak kasar atau tampak halus.

5. Value

Dalam membuat karya rupa yang baik perlu memperhatikan atau mengolah kesan gelap terang atau value dengan tepat, value menurut
Dharsono (2004 : 51) :  Value adalah warna-warna yang memberi kesan gelap terang atau gejala warna dalam perbandingan hitam dan putih. Apabila suatu warna ditambah dengan warna putih akan tinggi valuenya dan apabila ditambah hitam akan lemah valuenya. Warna kuning mempunyai value yang tinggi, warna biru mempunyai value yang rendah.  
Hal tersebut dipertegas oleh Heri Purnomo (2004: 31), bahwa value merupakan suatu tahapan tentang gelap terangnya warna. Ada tingkatan dari terang ke gelap, mulai dari warna putih hingga ke warna hitam. Jadi value dalam seni rupa merupakan suatu penyusunan komposisi warna dengan menggunakan tingkatan warna, dari warna gelap ke warna terang atau dari warna terang ke warna gelap.

E. Penyusunan Elemen Seni Rupa

Menurut Dharsono (2004 : 54), dalam penyusunan elemen-elemen rupa
menjadi bentuk karya seni dibutuhkan pengaturan atau disebut juga komposisi dari bentuk-bentuk menjadi satu susunan yang baik. Ada beberapa prinsip-prinsip dasar seni rupa yang digunakan untuk menyusun komposisi, yaitu:

1. Kesatuan (Unity)
Unity merupakan kesatuan yang diciptakan lewat subazas dominasi dan subordinasi (yang utama dan kurang utama) dan koheren (kedakatan) dalam suatu komposisi karya seni. Dominasi diupayakan lewat ukuran-ukuran, warna, dan tempat serta konvergensi dan perbedaan atau pengecualian (Mike Susanto, 2011 : 416).
Jadi kesatuan atau unity dalam seni rupa merupakan prinsip hubungan diciptakan melalui dominasi, kohesi (kedekatan), konsistensi, ketunggalan atau keutuhan, yang merupakan isi pokok dari komposisi. Jika salah satu atau beberapa elemen rupa mempunyai hubungan, warna, bidang, arah goresan, dan lain-lain, maka kesatuan tersebut akan tercapai.
2. Irama (Rhythm)
Menurut E.B. Feldman yang dikutip Mike Susanto (2011 : 334)  “rhythm” adalah urutan atau pengulangan yang teratur dari sebuah elemen atau unsur-unsur dalam karya lainnya. Rhythm terdiri dari macam-macam jenis seperti repetitive, alternative, progresif dan flowing”.
Irama menurut Dharsono (2004 : 57) merupakan pengulangan unsurunsur pendukung karya seni.
Jadi irama atau rhythm dalam seni rupa adalah urutan atau pengulangan yang teratur dari sebuah elemen atau unsur-unsur dalam berkarya. 
3. Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan adalah persesuaian materi-materi dari ukuran berat dan memberi tekanan pada stabilitas pada suatu komposisi dalam karya seni (Mikke Susanto, 2011 : 46). Sedangkan menurut Dharsono (2004 : 60), keseimbangan dalam penyusunan adalah keadaan atau kesamaan antara kekuatan yang saling berhadapan dan menimbulkan adanya kesan seimbang secara visual ataupun secara intensitas dalam karya.
               Menurut Dharsono (2004: 60-61) :
Ada dua macam keseimbangan yang dapat dilakukan dalam penyusunan bentuk, yaitu keseimbangan formal (keseimbangan simetris) dan keseimbangan informal (keseimbangan asimetris), Keseimbangan formal yaitu keseimbangan yang diperoleh dengan menyusun elemen-elemen yang sejenis dengan jarak yang sama terhadap salah satu titik pusat yang imajiner. Keseimbangan informal yaitu keseimbangan yang diperoleh dengan menggunakan prinsip susunan ketidak samaan atau kontras dan selalu asimetris.

Jadi keseimbangan atau balance dalam seni rupa adalah suatu keadaan dimana semua bagian dalam sebuah karya tidak ada yang saling membebani. Keseimbangan dapat disusun dengan cara simetris atau menyusun elemenelemen yang sejenis dengan jarak yang sama terhadap salah satu titik pusat yang imajiner dan asimetris yaitu keseimbangan yang diperoleh dengan menggunakan prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras.


4. Harmoni 
Harmoni adalah “tatanan ragawi” yang merupakan produk transformasi atau pendayagunaan ide-ide dan proteksi-proteksi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan-aturan ideal (Mikke Susanto, 2011 : 175). Sedangkan menurut Dharsono (2004 : 54), harmoni atau selaras merupakan unsur-unsur yang berbeda dekat. Jika unsur-unsur estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian.
Jadi harmoni dalam seni rupa adalah unsur-unsur dalam seni rupa yang berbeda dekat, yang merupakan transformasi atau pendayagunaan ide-ide dan proteksi-proteksi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada aturan aturan ideal.
5. Variasi
Menurut Mike Susanto (2011 : 419) variasi secara etimologis berarti penganekaragaman atau serba beraneka macam sebagai usaha untuk menawarkan alternatif baru yang tidak mapan serta memiliki perbedaan. Jadi variasi dalam seni rupa merupakan upaya memperoleh komposisi atau penyusunan unsur rupa yang berbeda dari yang lain dan sebelumnya.

6. Aksentuasi (emphasis)
Salah satu upaya untuk menitik beratkan satu titik yang menjadi center of interest dalam penyusunan elemen seni rupa adalah dengan aksentuasi. Menurut Dharsono (2004 : 63), aksentuasi dapat tercapai melalui perulangan atau pola, aksentuasi juga dapat dicapai melalui ukuran, dan aksentuasi dapat dicapai melalui kontras. 

F. Ekspresi Dalam Seni Rupa

Karya seni merupakan ekspresi seniman, dari hasil mengamati, merenungkan, dan memberi makna pada fenomena-fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya, yang diwujudkan dalam bentuk benda seni. Menurut Mikke Susanto (2011 : 116), ekspresi merupakan maksud, gagasan dan perasaan dalam bentuk nyata. 
Sedangkan dalam Buku Besar Bahasa Indonesia edisi II (1991: 254) ekspresi adalah pengungkapan atau proses menyatakan (yaitu memperlihatkan atau menyatakan maksud, gagasan, perasaan dan lain
sebagainya). Dalam hal ini Jakob Sumardjo (2000 : 74) mengungkapkan, ekspresi dalam seni adalah mencurahkan perasaan tertentu dengan gembira. Perasaan marah, sedih, senang dalam seni harus diekspresi pada waktu senimannya sedang tidak marah atau sedih. Pendapat lain tentang ekspresi seni dalam pemikiran Susanne  K.Langer yang dikutip oleh Jakob Sumardjo (2000 : 66), yaitu : 
Karya seni adalah bentuk ekspresi yang diciptakan bagi persepsi kita lewat indra dan pencitraan, dan yang diekspresikan adalah perasaan manusia, ekspresi perasaan tidak harus dialami sendiri oleh seniman atau berupa perasaan subjektif seniman pribadi, seorang seniman tidak harus mengalami peristiwa dahulu sebelum menciptakan karya seni.
 Jadi ekspresi dalam seni rupa adalah ungkapan perupa dalam menyampaikan maksud, perasaan dan pikiran dalam bentuk karya seni. Ekspresi dapat berwujud tema, teknik, gaya, sebagai hasil daya olah perupa terhadap ide yang ingin disampaikan, dengan memanfaatkan elemen-elemen seni rupa serta mempertimbangkan prinsip-prinsip dasar penciptaan seni rupa.

G. Medium dan Teknik dalam Karya

1. Medium

Menurut Mikke Susanto (2011 : 255), medium adalah perantara atau penengah. Biasa dipakai untuk menyebut berbagai hal yang berhubungan dengan bahan yang dipakai dalam karya seni. Medium atau bahan yang digunakan oleh penulis untuk membuat karya adalah pensil, spidol, pisau cukil, hardboard, kaca, tinta cetak, roll, kertas, kain kanvas, kain blacu.

2. Teknik 

Mengenal dan menguasai teknik sangat penting dalam berkarya, hal ini sangat mendukung seorang perupa menuangkan gagasan seninya secara tepat seperti yang dirasakan. Ini karena bentuk seni yang dihasilkannya sangat menentukan kandungan isi gagasannya (Jakob Sumardjo, 2000 : 96). Hampir semua karya seni grafis yang penulis buat, menggunakan teknik cetak tinggi (relief print), khususnya cukil hardboard. Hal ini disebabkan, karena penulis lebih leluasa menggunakan teknik tersebut untuk mengungkapkan pengalaman artistik dan menuangkan ide gagasan dalam menciptakan karya seni grafis.

Sumber Inspirasi Karya



Karya saya terinspirasi dari karya karya bapak Wedha sendiri dengan aliran Pop Art Potrait nya yang unik.



Proses Visualisai


    Konsep Awal

Pada awalnya, WPAP sangat menarik perhatian saya dan ingin sekali untuk tidak hanya menikmati karya WPAP namun juga mampu membuat karya WPAP tersebut. Kemudian saya mulai mecari tahu dan mempelajari pembuatan WPAP dari karya karya si pencipta aliran ini. WPAP pada awalnya di buat dengan mengambil objek wajah manusia dan memiliki bentuk kotak kotak penuh warna, lalu saya melakukan pengembangan dengan membuat anomaly WPAP yakni mengambil objek tidak hanya wajah manusia saja, namun juga mengambil objek seperti bangunan dan kegiatan manusia. Selain mengembakan objek dari WPAP saya juga memberi ciri khas karya WPAP saya dengan menggunakan tekstur di beberapa karya seni grafis saya.

     Bahan, Alat, dan Teknik

Dalam menciptakan karya seni, saya menggunakan alat dan bahan berupa Kamera DSLR Canon 300D untuk mengambil foto, PC atau Laptop  Asus dengan spesifikasi Core i3 dan dengan bantuan software Corel Draw x8, Paint Tool Sai, dan Adobe Illustrator . Selain itu, saya juga mengguakan perangkat keras seperti mouse, dan Pen Tablet Wacom. Teknik yang saya gunakan pada pembuatan karya dalah dengan teknik WPAP.
 Laptop Core i3

Kamera DSLR
Pen Tablet Wacom
Mouse


Tampilan Corel Draw X6

Tampilan Corel Draw X8

Tampilan Corel Draw X9

Tampilan Adobe Illustrator

.    Tahap Visualisasi

Tahapan pertama dalam pembuatan karya adalah saya mengambil gambar atau objek foto yang akan di buat kedalam WPAP, gambar yang diambil haruslah berkualitas baik agar memudahkan dalam pembuatan karya. Kebanyakan dari karya saya, saya mengambil gambar atau memfoto objek sendiri dan beberapa lagi dari media sosial. Beberapa karya yang objeknya saya ambil dari internet yakni sosok wanita pada karya Bonapasogit yang merupakan pemotretan Miss Indonesia dengan Ulos Batak, kantor Pos pada tahun 80-an yang saya ambil dari Instagram resmi kantor Pos Medan, dan Lompat batu Nias.
Setelah foto objek didapat barulah memulai melalukan tahap awal mendesain atau membuat sketsa objek dengan tool pen atau Bezier dan lainnya yang ada pada Corel Draw atau software lainnya yang di gunakan. Setelah membuat sketsa kemudian memberi warna satu persatu pada bidang kotak yang telah di sketsa.
Tahapan terakhir adalah tahap finishing dimana saya mengurangi dan menambahkan bentuk, warna, tektur, dan unsur visual lainnya untuk mendapatkan keharmonisan, kesatuan, serta prinsip seni lainnya.
Proses pembuatan karya



Karya


Judul Karya : Bolon
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x6
2019

Ini merupakan karya pertama saya, karya ini saya beri judul Rumah Bolon sesuai dengan onjek yang saya jadikan WPAP yaitu Rumah Bolon. Rumah Bolon merupakan rumah adat dari daerah Sumatera Utara, suku Batak Toba. Rumah Bolon banyak terdapat di daerah sekitar Danau Toba dan Samosir. Objek WPAP ini saya angkat dari cinderamata miniatur Rumah Bolon yng banyak di perjual belikan di pusat penjualan souvenir di daera Tomok dengan menggunakan kamera DSLR Canon saat saya sedang menjalankan KKN di daerah Samosir.


Judul Karya : Siwaluh Jabu
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x6
2019

Karya yang berjudul Siwaluh Jabu ini merupakan karya kedua saya. Siwaluh artinya delapan dan Jabu artinya rumah dalam Bahasa Karo (Suku yang berasal dari Sumut). Di berinama Siwaluh Jabu karena rumah ini memiliki 8 ruang di dalamnya.
Objek foto karya ini yakni patung rumah adat karo pada pagar Museum Karo di Berastagi Sumatera utara.


 Judul Karya : Pelarian
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : Sketsa, Pop Art
Software : PaintTool Sai, Adobe Illustrator, dan Corel Draw X6
2019
     
Karya ini berjudul Pelarian, karena pada saat itu saya sedang proses pembuatan karya saya yang ke empat berjudul "2Minggu", dimana saat itu saya mulai merasa kesulitan dan butuh inspirasi lain dalam membuat karya dengan teknik WPAP akhirnya saya mencoba membuat karya yang sedikit berbeda dengan menggunakan software PainTool Sai dan Hardware Pen Tablet.
Karya ini terinspirasi ketika saya berkunjung ke Istana Maimun yakni tempat bersejarah yang terdapat di kota Medan.
 Bagaimana caranya untuk memvisualisasikan Istana Maimun hanya dengan satu objek selain Arsitekturnya. Di dalam Istana Maimun terdapat sepasang kursi raja yang dapat di jadikan sebagai objek berfoto oleh pengunjung. Penciptaan karya ini berbeda dengan jenis karya yang saya ciptakan lainnya, yakni karya ini saya buat untuk kebutuhan komersil dimana karya ini dapat menjadi stiker yang bisa saja di jajakan pada souvenir khas Istana Maimun.
Bangku berwana hitam putih memberi kesan elegan dan klasik dari Istana Maimun, warna baju melambagkan warna Budaya Melayu yang identic dengan kuning, serta wajah di hilangakan karena karya tersebut bertujuan komersil maka jika wajah seseorang tervisualisasikan di karya ini, maka lebih bersifat personal dan tidak menarik untuk orang lain. Selain itu wajah yang di hilangkan merupakan cerita tentang seseorang yang bekerja dibalik layar, pemalu dan tidak ingin terekspos si pembuat karya tersebut yaitu saya sendri.


Judul Karya : 2 Minggu
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw X6, Corel Draw X9
2019

Sama seperti judul karya tersebut, “2Minggu” saya kerjakan dalam waktu 2 Minggu dimana ini merupakan kali pertama saya membuat Anomali WPAP Arsitektur bangunan megah Istana Maimun yang cukup rumit dengan sedikit detail di bagian depan bangunan Istana Maimun tersebut. Pada proses pembuatan ini, saya menggunakan Software CorelDraw X6 dan X9 karena pada proses pembuatan karya ini merupakan tansisi saya menggunakan corel x6 ke x9 yang tidk terlalu banyak perbedaan hanya pada tampilan dan penempatan tools di Software CorelDraw x6 dan x9.


Judul Karya : Bonapasogit
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw X9, Corel DrawX8
2019

Sayangnya, software Corel Draw X9 tidak dapatbertahan lama di PC saya, lalu saya beralih menggunakan CorelDraw X8 dan menciptakan karya ini. Sosok wanita ini merupakan salah satu contestan ajang Miss Grand Indonesia yang berpose dengan menggunakan Ulos (kain khas suku Batak, Sumut). Bonapasogit merupakan Bahasa daerah suku Batak Toba yang artinya Kampung Halaman yang mengambil visual daerah rumah tradisional adat Batak di daerah Toba Samosir.
Karya ini bercerita tentang seorang Boru Toba, atau putra putri keturunan Batak berasal dari daerah Toba-Samosir yang telah melupakan tanah kelahirannya, melupakan tradisi adat istiadat, melupakan budaya dan bahkan ada yang telah melepaskan marga atau pun boru (Gelar Keluarga yang diturunkan dari ayah) nya demi sesuatu yang duniawi. Saya merupakan keturunan Batak yang lahir dan besar di Riau. Saya sendiri memang kurang memahami budaya batak, baik itu Bahasa dan tradisi karena saya lebih banyak bergaul di lingkungan bukan berbudaya Batak dan jauh dari hal hal berbau Budaya Batak tersebut. Kemudian saya datang ke Sumut untuk berkuliah dan banyak mengenal budaya Batak dan tradisinya membuat saya sangat tertarik dan merasakan kepulangan jiwa kerumah yang sebenarnya.
Bergaul dengan teman teman yang murni berdarah Batak dan lahir di tanah Batak. Dari pergaulan saya mulai memahami, ternyata orang orang yang seperti saya, generasi muda yang tertarik dengan budaya nya sendiri mulai berkurang, malu untuk mengakui tradisi adat istiadat, Bahasa daerah, dan kebudayaan lainnya, berusaha menjadi modern tanpa budaya, dan mengikuti arus globalisasi. Dengan sifat seperti ini membuat kebudayaan daerah kita mulai memudar, tidak ada lagi yang melestarikan, terlupakan, dan Indonesia tidak lagi di kenal dengan beraneka ragam budaya, Bahasa, dan suku bangsanya.
Warna hitam dan putih pada background rumah adat Bolon dibuat untuk menggambarkan kampong halaman, budaya, yang tinggal di belakang, perlahan menjauh, mulai terlupakan, terabaikan, dan seakan budaya mulai kelam dan menjerit untuk ikut kemanapun kau pergi. Sosok gadis memegang ulos melambangkan Gadis Toba yang penuh warna, yang mulai modern yang terkontaminasi oleh Globalisasi dan melupakan Budaya nya.


Judul Karya : Si Gale-gale
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x8
2019

            Sigale-gale merupakan ungkapan kesedihan mendalam yang di ciptakan oleh seorang raja Batak atas kehilangan putra yang sangat ia sayangi untuk selama-lamanya. Menurut cerita, patung tersebut pada jaman dahulu jika di iringi dengan musik gondang dan tor-tor, arwah dari putra raja akan merasuki patung dan patung akan bergerak sendirinya mengikuti tarian tor tor dan music gondang yang membuat rasa rindu raja tersebut terhadap putranya terobati. Pada tempo hari saya mengunjungi Tomok untuk mendapatkan foto objek Si Gale-gale, patung ini di pertunjukan untuk para wisatawan dimana wisatawan dapat menortor di iringi music Gondang bersama patung ini yang di gerakkan oleh seseorang di balik patung tersebut.


  


Judul Karya : Impianku
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP, Sketsa
Software : Corel Draw x8 dan Auto Desk Sketch Book
2019

            Becak merupakan kendaraan khas dari kota Medan, saya mengangkat karya ini dengan judul “Impianku” karena terinspirasi dari lagu “ Naik Becak” ciptaan Ibu Sud  tahun 1970 yang sering saya nyanyikan sewaktu kecil, berikut lirik lagu tersebut :
saya mau tamasya
berkeliling keliling kota
hendak melihat-lihat keramaian yang ada
saya panggilkan becak
kereta tak berkuda
becak, becak, tolong bawa saya
saya duduk sendiri sambil mengangkat kaki
melihat dengan aksi
ke kanan dan ke kiri
lihat becakku lari
bagai takkan berhenti
becak, becak, jalan hati-hati
becak, becak, jalan hati-hati

Di daerah tempat saya lahir dan di besarkan yakni Riau, tidak ada kendaraan Becak dan saya hanya beberapa kali naik becak saat saya berkunjung kerumah Opung (nenek) di Sumut sehingga saat saya kecil naik becak merupakan sesuatu hal yang baru dan menyenagkan.
Pada lirik “saya mau tamasya
berkeliling keliling kota
hendak melihat-lihat keramaian yang ada
saya panggilkan becak
kereta tak berkuda
becak, becak, tolong bawa saya”

Menceritakan tentang seorang anak yang menggunakan Becak untuk berkeliling kota.
Naik becak bekeliling kota Medan merupakan impian saya yang belum terwujud karena, kenyataannya ongkos becak lebih mahal di banding dengan ongkos angkot dan ojek online yang ada di Kota Medan. Entah mengapa, dan mungkin saja tarif yang di beri untuk berkeliling kota Medan dengan Becak akan mencapai angka jutaan. Saya rasa, ini merupakan alasan mengapa Becak mulai sedikit pelanggannya dan mulai berkurang.
Sketsa gadis permpuan berwana hitam putih menggambarkan sosok diri saya dan segala impian yang tertanam dan perlahan terlupakan.



Judul Karya : King
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x8
2019

            Objek dari karya ini adalah topeng Tembut-tembut, boneka yang berasal dari Budaya Karo yang ada pada Museum Karo di Berastagi, Sumatera Utara. Objek tersebut merupakan sosok Raja yang aslinya berwana hitam dan dengan alis serta kumis berwana putih. Tembut-Tembut Seberaya di ciptakan oleh Pirei Sembiring Depari tahun 1856- 1886. Beliau memiliki bakat memahat yang sangat baik, lalu ia menciptakan Tembut-tembut sebagai pertunjukkan untuk hiburan masyarakat. Tembut –tembut berasal dari kata menakut- nakuti orang yang ingin berbuat jahat. Kini keberadaan tembut-tembut sangat memprihatinkan, dan kini telah ada duplikasi Tembut- tembut Siberaya dengan Gundala-gundala yang di buat dari desa lain (Lingga).



Judul Karya : Velangkanni
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x8
2019

Gereja Graha Maria Annai Velangkani merupakan Sebuah bangunan kuno di medan yang dijadikan tempat beribadah bagi umat katolik, sekaligus objek wisata. Gereja ini terletak di Kecamatan Tuntungan, Kelurahan Tanjung Selamat, di Jalan Sakura III, dekat Perumahan Taman Sakura Indah.
Gereja Graha Maria Annai Velangkani didesain oleh Pastor James Bharataputra S.J di bangun pada September 2001 dan di resmikan pada tanggal 1 oktober 2005. Keunikan graha terletak pada keaslian arsitektur Indo – Mogul, Setiap ornament dan pewarnaan di lakukan oleh tangan tangan amatir dengan makna dari kitab suci. Bangunan berbentuk menara candi terdiri dari dua tingkat. Lantai dasar di jadikan aula, lantai pertama tempat beribadah dan balkon yang 14 jendelanya menceritakan jalan salib.
Foto objek Velangkani saya ambil sendiri  sewaktu berkunjung ke tempat peribadatan ini beberapa bulan yang lalu.



Judul Karya : Fahombo
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x8
2019

Tradisi lompat batu Nias oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah hombo batu atau fahombo. Batu yang sudah disusun setinggi 2 meter dengan ketebalan 40 sentimeter harus dilompati oleh semua pemuda Nias yang sudah dianggap dewasa. Selain dipamerkan dalam beragam acara adat, fahombo menjadi daya tarik tersendiri bagi para turis.
Di Pulau Nias, ketika seorang pria sudah berhasil melakukan fahombo, maka ia sudah matang secara fisik dan kelak akan menjadi samu’i mbanua atau la’imba hor seandainya muncul konflik dengan warga desa lain. Saking prestisiusnya tradisi ini, keluarga dari pemuda yang berhasil melompati batu, biasanya akan menyembelih beberapa ekor ternak sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan putranya.


Judul Karya : Kantor Pos Tempo Doeloe
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x8
2019

Kantor Pos Medan adalah kantor pos besar di MedanIndonesia. Dibuka pada tahun 1911, kantor pos ini adalah salah satu bangunan bersejarah yang hingga kini masih berdiri kokoh di Medan. Bangunan ini masih tetap mempertahankan fungsinya hingga kini.
Letaknya di pusat kota Medan, tepatnya di seberang Lapangan Merdeka dan Hotel Dharma Deli. Di depannya terdapat air mancur yang didedikasikan pada salah seorang pionir kota Medan modern, Jacob Nienhuys (sudah berubah bentuk).
 Tidak jauh dari Kantor Pos Medan, ada pula pusat kuliner Merdeka Walk yang populer. Gaya arsitektur Belanda yang masih kental, mirip dengan gaya arsitektur jembatan Titi Gantung di dekat stasiun, dan memang dipertahankan hingga sekarang. Kantor Pos Medan diarsiteki oleh salah seorang arsitek Belanda, Snuyf, yang juga merancang Kantor Ledeng Palembang. Bangunan ini memiliki luas 1200 meter persegi, dengan tinggi mencapai 20 meter.
Kantor pos yang terdapat di jantung kota Medan ini juga merupakan ikon kota Medan. Bangunan yang didominasi dengan warna putih dan oranye, yang merupakan identitas Pos Indonesia ini memiliki bentuk kubah yang unik. Bentuk kubah tetap dipertahankan walaupun kantor pos ini telah mengalami beberapa kali renovasi. Jendela-jendela yang terletak pada sisi-sisi bangunan berbentuk setengah lingkaran, dengan tiang putih yang menyangganya, membuat bangunan tersebut terlihat seperti kandang burung merpati pos yang dahulunya dimanfaatkan sebagai sarana berkirim surat.




Judul Karya : Complicated
Ukuran : 297.0mm x 420.0mm, 300 dpi
Primary Color Mode : RGB
Teknik : WPAP
Software : Corel Draw x8
2019

Ini merupakan karya terakhir yang saya buat dengan judul “Complikated” karya ini merupakan komplikasi dari semua karya karya yang saya buat, bertujuan untuk mengingat kembali karya yang saya buat dalam satu karya.

B. Pendapat dan Pandangan Orang Lain

Pendapat dan pandangan oranglain terhadap karya saya yakni beberapa mengatakan karya WPAP yang saya buat sangat unik dan berkarakter dengan tekstur yang di miliki selain itu, pemilihan warna yang sangat bagus.



Penutup


WPAP merupakan karya anak bangsa yang di ciptakan oleh Bapak Wehda Abdul yang sekarang telah mendunia, sama seperti budaya yang lahir dari di berbagai daerah di Indonesia yang harus di lesterikan, makan WPAP juga harus di lestarikan oleh para perupa seni muda tanah air. Saya berharap dengan adanya pengembangan WPAP ini dapat menjadi motivasi bagi perupa selanjutnya untuk mengembangan WPAP tanpa meninggalkan ciri khasnya sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.